E-Currency (Alat Pembayaran Virtual)

Salah satu modal untuk melakukan bisnis di internet, baik bisnis online maupun online earning, dibutuhkan alat pembayaran online yang berlaku di internet. Banyak alat pembayaran (payment processor) yang telah diakui dan banyak digunakan serta terjamin keamanannya. Payment processor tersebut biasanya menjadi salah satu pilihan media transaksi yang ditawarkan oleh suatu program online earning.

E-Currency adalah alat pembayaran virtual yang mampu memenuhi tuntutan kecepatan transaksi dalam dunia maya serta memiliki kelbihan yang tidak dimiliki olah alat-alat pembayaran seperti yang telah disebutkan di atas.

Menggunakan E-Currency untuk urusan bisnis kita. Kenapa tidak...???
Sudah saatnya kita memberikan fasilitas ini kepada para konsumen "virtual" kita di dunia maya.
Banyak sekali pilihan "mata uang" E-Currency yang bisa kita gunakan.

Kiat memilih alat pembayaran online

Suatu hari seorang pengusaha kerajinan enceng gondok tampak sedang berkerut dahi. Ia ingin memasarkan hasil kerajinannya melalui situs internet, tapi masih bingung bagaimana ia harus bertransaksi dengan orang-orang diseberang sana. Apakah ia harus dengan dolar, rupiah atau mata uang lainnya?

Fenomena seperti ini seringkali ditemui pada pengusaha kecil yang hendak menancapkan bisnisnya di dunia maya. Kehadiran internet memang telah menggoda banyak praktisi bisnis untuk berlomba-lomba melebarkan sayap ke seantero jagat.

Internet bak mesin ajaib yang mampu melipat dunia dan membuat sebuah lalu lintas bisnis yang tak pernah terbayangkan pada abad-abad sebelumnya. Melalui internet seorang udik pun punya kesempatan menjual produknya secara global.

Tapi, sayangnya, tak semua pelaku bisnis online mampu mendapat hasil optimal dari sistem bisnis yang mereka kembangkan di internet. Mengapa? Salah satunya karena mereka kurang jeli memperhatikan alat pembayaran yang digunakan dalam transaksi bisnis online mereka. Sebegitu fatalkah?
Siapapun tahu, dalam hukum penjualan berlaku, semakin banyak kemudahan yang ditawarkan maka semakin besar peluang produk yang terjual. Demikian pula hukum yang berlaku di dunia maya.

Sebelum benar-benar masuk ke bisnis online, Anda harus paham benar siapa target pasar Anda. Termasuk bagaimana kebiasaan konsumen Anda dalam bertransaksi online. Poin ini sangat penting karena nilai sebuah bisnis adalah bukan melulu dari apa yang Anda jual. Tapi juga ditentukan oleh kepada siapa Anda bicara.

Di sinilah Anda harus paham betul siapakah calon user produk Anda. Misalnya, jika sasaran Anda adalah konsumen lokal dengan produk-produk kelas menengah ke bawah, sebaiknya hindari bertransaksi dengan kartu kredit.

Mengapa? Karena sebagian besar masyarakat kita tidak friendly dengan kartu kredit. Jika Anda memaksakan diri hanya menerima penjualan dengan sistem paypal (kartu kredit), bisa jadi akan banyak konsumen Anda yang mengurungkan niatnya untuk membeli produk Anda.

Jika Anda sudah pahami perilaku bisnis calon konsumen Anda, barulah Anda bisa menentukan sistem pembayaran mana yang cocok bagi bisnis online Anda. Mau menggunakan transfer bank, kartu kredit, egold, atau malah semuanya?

Pembahasan dibawah ini mudah-mudahan bisa jadi pertimbangan Anda dalam memilih alat pembayaran online.

User friendly
Sampai saat ini metode transfer bank merupakan sistem pembayaran yang paling banyak digunakan untuk bisnis online yang berorientasi lokal. Hal ini tidak lepas dari maraknya penggunaan ATM sebagai alat transaksi bisnis yang bisa online 24 jam.

Kemudahan dan kecepatan transfer antarbank via ATM (plus layanan internet banking) menjadi faktor utama optimalisasi transaksi online di dalam negeri.

Bagi Anda yang hanya berorientasi pasar dalam negeri, sistem pembayaran ini adalah yang paling mudah diaplikasikan. Apalagi hampir semua nasabah bank kini ‘wajib’ memiliki ATM.

Sistem pembayaran via kartu kredit biasanya digunakan bagi Anda yang sudah siap go international. Sebab, pembayaran via bank lokal masih dirasa menyulitkan bagi calon konsumen dari negara lain.

Tapi Anda juga harus waspada karena transaksi via kartu kredit rentan dibobol para carder (pembobol kartu kredit). Di samping itu, banyak perusahaan luar negeri yang kini menolak transaksi pembayaran dengan kartu kredit dari Indonesia.

Alasannya, kredibilitas Indonesia masih diragukan! Kalau sudah begini, sebaiknya Anda pertimbangkan pilihan lainnya yang jauh lebih nyaman, yaitu egold!

Egold
Sebagian orang mungkin masih asing dengan istilah egold atau ‘emas elektronik’ ini. Baiklah, mari kita bahas lebih dalam tentang apa dan bagaimana egold ini.

Egold merupakan alat pembayaran resmi di dunia maya yang mulai populer digunakan sejak tahun 1996. Sistem yang digunakan adalah mengikuti harga logam mulia (emas) dunia. Perhitungannya bukan dengan berapa besar nominal uang yang Anda simpan, tetapi berapa nilai emas yang Anda miliki di dunia maya.

Misalnya, jika Anda hari ini beli egold sebesar US$10 dengan asumsi 1 gram emas=US$1, maka Anda akan memiliki simpanan online yang setara dengan 10 gram emas.

Jika besok harga emas internasional naik menjadi 10 gram=US$11, maka jumlah nominal uang di rekening egold Anda juga otomatis berubah menjadi US$11. Karena itu, egold juga bisa Anda jadikan instrumen investasi di internet. Apalagi harga emas dunia cenderung naik mengikuti harga BBM.

Lalu bagaimana cara memiliki egold? Untuk memiliki egold tidaklah serumit seperti Anda membuat kartu kredit. Bahkan Anda bisa membuka rekening egold dengan saldo kosong.

Caranya tinggal Anda klik aja kolom rekening egold disamping artikel ini, lalu mengisi formulir data diri Anda. Tak jauh beda seperti membuat e-mail. Selanjutnya pihak bank egold akan mengirimkan nomor rekening Anda melalui e-mail.

Nomor rekening inilah yang nanti digunakan untuk transfer sesama pengguna egold. Sejauh ini dalam soal keamanan dan kenyamanan transaksi, egold masih lebih baik dari kartu kredit.

Untuk mengisi rekening egold Anda, Anda tinggal menghubungi counter egold. Begitu pula saat anda butuh menguangkan egold Anda ke dalam rupiah.

Di Indonesia, ada dua situs populer penerima layanan penukaran egold-rupiah (semacam money changer di dunia maya), yaitu www.indochanger.com dan www.greatachiever.com. Mereka inilah yang akan menguangkan egold ke dalam rekening bank Anda.

Jadi, jika Anda hendak menggunakan egold paling tidak Anda harus mendaftar dua account. Yang pertama untuk mendapat nomor rekening egold anda, dan di salah satu counter egold untuk menabung dan menukarkan egold Anda dengan rupiah.

Kiranya paparan diatas sudah sukup untuk memandu anda menentukan alat pembayaran yang cocok bagi bisnis online Anda. Anda bebas memilih menggunakan transfer bank, kartu kredit, egold atau malah ketiga-tiganya sekaligus. Bahkan dengan cara tradisional seperti cek atau weselpun juga tidak ada larangan!

Sumber: Tabloid Bisnis Uang No. 49/II 15 - 28 Juni 2006, dengan sedikit modifikasi.

http://moneyclub.wordpress.com/2006/10/05/kiat-memilih-alat-pembayaran-online

Memilih Alat Pembayaran

Dikutip dari detikcom

Anda pernah mengalami kebingungan dalam membayar belanjaan? Apakah dengan cara tunai, atau dengan memakai kartu kredit? Manakah cara yang paling nyaman?

Bila berbelanja di pasar tradisional, umumnya pedagang hanya menerima uang tunai. Tetapi, bila berbelanja di pasar swalayan, Anda punya pilihan untuk membayar dengan kartu kredit.

Pilihan untuk membayar tunai atau memakai kartu kredit sebetulnya tidak hanya terbatas ketika Anda berbelanja kebutuhan rumah tangga. Banyak tempat lain yang juga menerima kartu kredit, seperti restoran atau toko buku.

Untuk mengetahui bagaimana memilih alat pembayaran yang tepat, maka tulisan kali ini akan menunjukkan untung ruginya membayar dengan cara tunai atau kartu kredit, serta bagaimana saran atau solusinya.


Tunai

Bila Anda berbelanja dengan uang tunai, maka ada banyak kelebihan yang bisa Anda dapat. Misalnya, uang Anda di dompet ada Rp 200 ribu. Pada galibnya orang tidak akan berbelanja melebihi jumlah uang yang ada di dompet. Alasannya sederhana, orang tidak ingin kehabisan uang di dompet. Jadi, Anda akan berbelanja sedemikian rupa, sehingga tidak melebihi Rp 200 ribu.

Itulah sebabnya, kita sering mendengar orang berkata: "Saya tidak mau bawa uang banyak-banyak dalam dompet, karena kalau tidak uang itu pasti akan habis saya belanjakan."

Lantas apa yang Anda lakukan bila kehabisan uang di dalam dompet? Anda akan pergi mengambil uang di ATM. Sebanyak Rp 200 ribu lagi, umpamanya. Setelah itu, Anda akan terus-terusan mengambil uang di ATM setiap kali kehabisan.

Pada suatu titik tertentu, Anda akan merasa bahwa sudah terlalu sering bolak-balik ke ATM. Anda lalu memutuskan: "Oke, kali ini saya ambil agak banyak. Bukan Rp 200 ribu, tetapi Rp 500 atau malah Rp 750 ribu."

Akhirnya jadilah Anda mengambil Rp 750 ribu. Problemnya sekarang, Anda memiliki uang yang sangat banyak dalam dompet Anda. Apa yang terjadi kalau dompet Anda hilang dicuri atau dirampok? Kalau begitu, Anda bisa saja tidak membawa seluruh uang tersebut dalam dompet. Sebagian uang itu di simpan di rumah. Tetapi itu sama saja dengan ATM. Begitu uang dalam dompet habis, Anda akan mengambil lagi uang di rumah. Padahal, daripada uang tersebut ditaruh di rumah, lebih baik taruh saja di rekening bank Anda yang pasti memberikan bunga.

Jadi sebetulnya, membayar dengan menggunakan uang tunai tidak akan membuat Anda berbelanja melebihi jumlah uang tunai yang Anda miliki. Tetapi kalau uang tunai di dompet habis, Anda harus kembali dan kembali lagi ke ATM. Kalau Anda mengambil uang tunai dalam jumlah banyak, maka Anda akan terancam resiko kecurian.


Kartu Kredit

Kartu Kredit adalah kartu pembayaran di mana transaksi Anda akan ditalangi oleh penerbit kartu, untuk kemudian ditagih kembali setiap akhir bulan atau pada bulan berikutnya. Sebetulnya, cara kerja kartu kredit menguntungkan. Bagaimana tidak? Ketika berbelanja, Anda tidak perlu langsung membayarnya, tetapi Anda baru membayarnya pada akhir bulan. Enak sekali. Jadi, kalimat yang tepat untuk ini adalah: "Beli sekarang, bayarnya nanti." (buy now, pay later).

Prakteknya, kalimat "Beli sekarang, bayarnya nanti" membuat banyak orang menjadi berbelanja di luar kemampuannya. Sebagai contoh, penghasilan Anda setiap bulan hanya Rp 700 ribu. Anda hanya mampu mengeluarkan uang sebesar Rp 600 atau Rp 700 ribu per bulannya. Maka, bila Anda berbelanja hingga Rp 1 juta, maka Anda tidak bisa melunasi tagihan Rp 1 juta itu dalam satu kali pembayaran, karena Anda hanya sanggup membayar (mungkin) Rp 600 ribu. Sehingga sisa saldo hutangnya, akan dimasukkan dalam tagihan bulan berikutnya.

Nah, ini dia masalahnya: sisa tagihan itu akan berbunga. Dan bila tagihan plus bunganya tidak Anda bayar, maka tagihan dan bunga itu akan berbunga lagi yang jumlahnya tentu lebih besar. Begitu seterusnya. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak bisa membayar tagihan kartu kreditnya karena jumlah tagihannya sudah terlanjur besar hanya gara-gara sistem bunga berbunga.

Jadi sebetulnya, kartu kredit bisa dijadikan kawan, bila Anda mampu melunasinya tepat waktu. Tapi bila tidak, maka kartu kredit akan menjadi lawan Anda.


Kenapa sebaiknya dengan Kartu Debet?

Lalu dengan apa Anda harus membayar transaksi belanja Anda? Tunai atau kartu kredit?

Sebetulnya, kartu kredit memiliki banyak kelebihan bila Anda bisa menggunakan kartu kredit itu dengan cara yang benar. Artinya, bila Anda bisa melunasi tagihannya secara lunas setiap kali tagihan itu datang. Namun pada prakteknya, sebagian besar masyarakat tidak bisa mengendalikan penggunaan kartu kredit mereka.

Itulah sebabnya saya menyarankan Anda untuk memakai Kartu Debet. Kartu Debet (dikenal juga dengan nama Kartu Debit) adalah kartu pembayaran di mana transaksi pembayaran yang Anda lakukan dipotong langsung dari rekening Anda di bank. Jadi seperti membayar tunai, tanpa perlu membawa banyak uang tunai. Dengan Kartu Debet, Anda akan berbelanja sesuai jumlah uang yang Anda miliki di rekening bank. Dan Anda tidak bisa berbelanja di luar jumlah tersebut.


Pentingnya Memiliki Semua

Namun demikian, sebetulnya akan lebih baik bila Anda memiliki ketiganya.

Yang pertama yang harus Anda miliki adalah uang tunai di rumah yang akan Anda gunakan untuk membayar keperluan-keperluan yang bersifat mendadak yang hanya bisa dibayar dengan uang tunai.

Yang kedua yang harus Anda miliki adalah Kartu Debet. Ini adalah kartu yang Anda gunakan untuk membayar transaksi yang Anda lakukan.

Sedangkan yang ketiga yang sebaiknya Anda miliki adalah Kartu Kredit. Biar bagaimanapun, Kartu Kredit perlu untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga. Mungkin akan ada suatu hari di mana Anda harus keluar pada malam hari dan harus melakukan transaksi pembayaran, padahal tempat itu hanya menerima Kartu Kredit. Jadi, Kartu Kredit Anda di sini bukan untuk sering-sering dipakai, tetapi hanya untuk cadangan saja.

Ingat sekali lagi bahwa penggunaan Kartu Kredit yang tidak tepat (tidak dibayar tepat waktu) bisa membuat Anda terjebak dalam hutang yang saldonya makin lama makin besar yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

http://www.semuabisnis.com/articles/68/1/Memilih-Alat-Pembayaran/Page1.html

Pengantar Sistem Pembayaran dan Instrumen Pembayaran

oleh Bank Indonesia, Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran

Hampir sebagian besar kebutuhan pembayaran bisa dilakukan hanya dengan memakai sebuah kartu ATM. Misalnya, kartu ATM tadi bisa dipakai untuk membayar tagihan telepon, listrik, air (PAM), telepon seluler, kartu kredit atau membayar bensin di SPBU atau pembayaran lainnya. Pemakaian kartu ATM sebagai alat pembayaran resmi barulah salah satu inovasi alat pembayaran non tunai (cashless) saat ini. Kartu ATM termasuk alat pembayaran berbasis kartu (card based).

Ada dua jenis alat pembayaran yang kita kenal saat ini. Ada alat pembayaran tunai berbasis uang kartal (kertas dan logam) yang lazim dipakai untuk transaksi pembelian barang secara ritel atau transaksi lainnya. Sementara alat pembayaran non tunai terbagi dua yakni berdasarkan kertas (paper based) seperti wesel, giro/bilyet, cek dan lainnya. Atau alat pembayaran non tunai berbasis kartu seperti kartu ATM, kartu kredit, kartu debet dan lainnya.

Perkembangan terkini dari alat pembayaran non tunai mengarah ke pemakaian alat pembayaran elektronis atau e-money. Yang dimaksud e-money adalah alat pembayaran non tunai yang mana nilai uangnya tersimpan secara elektronis dalam kartu chips. Pemakaian e-money ini tidak memerlukan otorisasi seperti pada card based. Ada dua jenis e-money saat ini, yaitu yang dikenal sebagai prepaid card atau electronic purses, yang mana uang tersimpan secara elektronis dalam kartu chips. Lalu dikenal pula prepaid software atau digital cash. Karakteristik alat pembayaran ini, nilai uang tersimpan secara elektronis dalam sebuah hard disk komputer. Sedangkan mekanisme pembayaran dieksekusi melalui fasilitas jaringan internet. Perkembangan pesat pemakaian e-money ini ternyata membawa implikasi serius terhadap kebijakan bank sentral di berbagai negara termasuk di Indonesia. Misalnya, implikasi terhadap kebijakan moneter terkait perhitungan uang beredar, apakah masih didasarkan pada M1 (uang kartal) dan M2 (uang giral) saja.

Kehadiran e-money juga berpotensi menghilangkan pendapatan seigniorage bank sentral dari mencetak uang kartal. Maksudnya, selisih antara biaya cetak uang dan nilai nominal uang yang dicetak. Lalu, siapa lembaga penerbit e-money yang pantas dan memenuhi syarat hingga masalah keamanan dan kekhawatiran alat pembayaran ini menjadi sarana praktik money laundering.

http://www.bi.go.id/web/id/SP001/Edukasi/DASP01/Instrumen+Pembayaran.htm

E-Currency Exchange Profits System

Economy News